ETIKA BISNIS & PRINSIP ETIKA dalam BISNIS
Makalah Etika Bisnis
ETIKA
BISNIS & PRINSIP ETIKA dalam BISNIS
Disusun
Oleh :
Dyvia Wilda Wijaya (13214375)
Denty
Primaresti (12214714)
Lina
(16214075)
Mardiana
Lestari (16214363)
Maya
Ulfa Sari (16214510)
Nustita
Handayani (
Siti
Julaeha (1A214358)
Universitas
Gunadarma
Fakultas
Ekonomi
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan paper ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya. Makalah
ini bertemakan “Etika Bisnis dan Prinsip Etika dalam Bisnis” yang berisikan
hakekat etika bisnis, etiket moral, hukum dan agama, klasifikasi dan konsepsi
agama serta prinsip otonomi, kejujuran dan keadilan. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
Akhir
kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan paper ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Jakarta, 20 Maret 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
........................................................................................ 2
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3
BAB 1 : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ........................................................................
4
B. PERMASALAHAN
............................................................................4
C. TUJUAN
.............................................................................................
4
BAB 2 : PEMBAHASAN
A. Hakekat Etika Bisnis
......................................................................... 5
B. Definisi Etika dan Bisnis ................................................................... 5
C. Etiket Hukum, Moral, dan Agama
.................................................. 6
D. Klasifikasi Etika ................................................................................. 6
E. Konsepsi Etika
.................................................................................... 7
F. Prinsip Otonomi, Keadilan, dan Kejujuran ..................................... 8
G. Hak dan Kewajiban Bisnis
................................................................10
H. Teori Etika Lingkungan ....................................................................
10
I. Prinsip Etika di Lingkungan
.............................................................. 12
BAB 3 : PENUTUP
KESIMPULAN ....................................................................................... 14
SUMBER REFRENSI
............................................................................
14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta
mempunyai kemampuan menciptakan nilai yang tinggi. Biasanya dimulai dari
perencanaan strategis, organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan
didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan yang
dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.
Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika bisnis akan selalu
menguntungkan perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang,
karena : mampu mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya
friksi, baik intern perusahaan maupun dengan eksternal, mampu meningkatkan
motivasi pekerja, melindungi prinsip kebebasan berniaga, mampu meningkatkan
keunggulan bersaing.
Tidak bisa dipungkiri, tindakan yang tidak etis yang dilakukan oleh perusahaan
akan memancing tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat dan akan sangat
kontra produktif, misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar,
larangan beroperasi dan lain sebagainya. Hal ini akan dapat menurunkan nilai
penjualan maupun nilai perusahaan. Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi
nilai-nilai etika bisnis, pada umumnya termasuk perusahaan yang memiliki
peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula.
B.
Permasalahan
1. Apa
yang dimaksud Etika dan Bisnis?
2. apa
saja klasifikasi dan konsepsi Etika?
3. Apa
yang dimaksud Prinsip otonomi, Prinsip Keadilan dan Prinsip Kejujuran?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan penulisan untuk memenuhi tugas softskill mata kuliah Etika Bisnis dalam
membuat jurnal atau tulisan tentang Etika Bisnis. Maksud dari penulisan ini
adalah :
1. Untuk mengetahui etika dalam
berbisnis
2. Dapat mengetahui bagaimana
etika bisnis yang baik agar klien tidak berpindah ke perusahaan lain
3. Dapat memberikan informasi
bagi penulis sendiri dan pembaca atas hasil penulisan ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakekat Etika
Bisnis
Menurut Drs. O.P. Simorangkir bahwa hakikat etika bisnis adalah menganalisis
atas asumsi-asumsi bisnis, baik asumsi moral maupun pandangan dari sudut moral.
Karena bisnis beroperasi dalam rangka suatu sistem ekonomi, maka sebagian dari
tugas etika bisnis hakikatnya mengemukakan pertanyaan-pertanyaan tentang sistem
ekonomi yang umum dan khusus, dan pada gilirannya menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan tentang tepat atau tidaknya pemakaian bahasa moral untuk
menilai sistem-sistem ekonomi, struktur bisnis.
Contoh
praktek etika bisnis yang dihubungkan dengan moral :
Uang
milik perusahaan tidak boleh diambil atau ditarik oleh setiap pejabat
perusahaan untuk dimiliki secara pribadi. Hal ini bertentangan dengan etika
bisnis. Memiliki uang dengan cara merampas atau menipu adalah bertentangan
dengan moral. Pejabat perusahaan yang sadar etika bisnis, akan melarang
pengambilan uang perusahaan untuk kepentingan pribadi, Pengambilan yang
terlanjur wajib dikembalikan.
B. Definisi Etika
& Bisnis
kata etika, Menurut bahasa Yunani, kata etika berawal dari kata ethos yang
memiliki arti sikap, perasaan, akhlak, kebiasaan, watak. Sedangkan Magnis
Suseno berpendapat bahwa etika merupakan bukan suatu ajaran melainkan suatu
ilmu.
Kata kedua adalah bisnis, yang diartikan sebagai suatu usaha. Jika kedua kata
tersebut dipadukan, yaitu etika bisnis maka dapat didefinisikan sebagai suatu
tata cara yang dijadikan sebagai acuan dalam menjalankan kegiatan berbisnis.
Dimana dalam tata cara tersebut mencakup segala macam aspek, baik dari individu,
institusi, kebijakan, serta perilaku berbisnis.
Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku
karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat,
Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni
bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan
mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk
manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan
sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang
profesional.
C. Etiket
Moral, Hukum dan Agama
Dari
asal katanya Ethics atau Etika berarti moral sedangkan Ethiquetle atau Etiket
berarti sopan santun.
Ciri-ciri
Etiket
Ø Etiket menyangkut cara suatu
perbuatan harus dilakukan manusia. Diantara beberapa cara yang mungkin, etiket
menunjukkan cara yang tepat, artinya cara yang diharapkan serta ditentukan
dalam suatu kalangan tertentu.
Ø Etiket hanya berlaku dalam
pergaulan. Bila tidak ada saksi mata, maka maka etiket tidak berlaku.
Ø Etiket bersifat relatif artinya yang
dianggap tidak sopan dala suatu kebudayaan, bisa saja dianggap sopan dalam
kebudayaan lain.
D. Klasifikasi
Etika
Menurut
buku yang berjudul “Hukum dan Etika Bisnis” karangan Dr. H. Budi Untung, S.H.,
M.M, etika dapat diklasifikasikan menjadi :
1.
Etika Deskriptif
Etika deskriptif yaitu etika di mana objek
yang dinilai adalah sikap dan perilaku manusia dalam mengejar tujuan hidupnya sebagaimana adanya. Nilai dan
pola perilaku manusia sebagaimana adanya
ini tercemin pada situasi dan kondisi yang telah membudaya di masyarakat secara
turun-temurun.
2.
Etika Normatif
Etika normatif yaitu sikap dan perilaku manusia atau masyarakat sesuai dengan
norma dan moralitas yang ideal. Etika ini secara umum dinilai memenuhi tuntutan
dan perkembangan dinamika serta kondisi masyarakat. Adanya tuntutan yang menjadi
avuan bagi masyarakat umum atau semua pihak dalam menjalankan kehidupannya.
3.
Etika Deontologi
Etika deontologi yaitu etika yang dilaksanakan dengan dorongan oleh kewajiban
untuk berbuat baik terhadap orang atau pihak lain dari pelaku kehidupan. Bukan
hanya dilihat dari akibat dan tujuan yang ditimbulakan oleh sesuatu kegiatan
atau aktivitas, tetapi dari sesuatu aktivitas yang dilaksanakan karena ingin
berbuat kebaikan terhadap masyarakat atau pihak lain.
4.
Etika Teleologi
Etika Teleologi adalah etika yang diukur dari apa tujuan yang dicapai oleh para
pelaku kegiatan. Aktivitas akan dinilai baik jika bertujuan baik. Artinya sesuatu
yang dicapai adalah sesuatu yang baik dan mempunyai akibat yang baik. Baik
ditinjau dari kepentingan pihak yang terkait, maupun dilihat dari kepentingan
semua pihak. Dalam etika ini dikelompokkan menjadi dua macam yaitu :
Ø Egoisme : Egoisme yaitu etika yang
baik menurut pelaku saja, sedangkan bagi yang lain mungkin tidak baik.
Ø Utilitarianisme : Utilitarianisme
adalah etika yang baik bagi semua pihak, artinya semua pihak baik yang terkait
langsung maupun tidak langsung akan menerima pengaruh yang baik.
5.
Etika Relatifisme
Etika relatifisme adalah etika yang dipergunakan di mana mengandung perbedaan kepentingan
antara kelompok pasrial dan kelompok universal atau global. Etika ini hanya berlaku
bagi kelompok passrial, misalnya etika yang sesuai dengan adat istiadat lokal, regional
dan konvensi, sifat dan lain-lain. Dengan demikian tidak berlaku bagi semua
pihak atau masyarakat yang bersifat global.
E. Konsepsi
Etika
Konsep-konsep dasar etika antara lain adalah (Bertens, 2002): (i) ilmu yang
mempelajari tentang tingkah laku manusia serta azas-azas akhlak (moral) serta
kesusilaan hati seseorang untuk berbuat baik dan juga untuk menentukan
kebenaran atau kesalahan dan tingkah Laku seseorang terhadap orang lain, antara
lain :
1. Utilitarianisme
Utilitarianisme menyatakan bahwa suatu tindakan diangap baik bila tindakan ini
meningkatkan derajat manusia. Penekanan dalam utilitarianisme bukan pada
memaksimalkan derajat pribadi, tetapi memaksimalkan derajat masyarakat secara
keseluruhan. Dalam implementasinya sangat tergantung pada pengetahuan kita akan
hal mana yang dapat memberikan kebaikan terbesar.
2.
Analisis Biaya-Keuntungan (Cost-Benefit Analysis)
Pada dasarnya, tipe analisis ini hanyalah satu penerapan utilitarianisme. Dalam
analisis biaya-keuntungan, biaya suatu proyek dinilai, demikian juga
keuntungannya. Hanya proyek-proyek yang perbandingan keuntungan terhadap
biayanya paling tinggi saja yang akan diwujudkan.
3.
Etika Kewajiban dan Etika Hak
Etika kewajiban (duty ethics) menyatakan bahwa ada tugas-tugas yang harus
dilakukan tanpa mempedulikan apakah tindakan ini adalah tindakan terbaik.
Sedangkan, etika hak (right-ethics) menekankan bahwa kita semua mempunyai hak
moral, dan semua tindakan yang melanggar hak ini tidak dapat diterima secara
etika, Etika kewajiban dan etika hak sebenarnya hanyalah dua sisi yang berbeda
dari satu mata uang yang sama. Kedua teori ini mencapai akhir yang sama;
individu harus dihormati, dan tindakan dianggap etis bila tindakan itu
mempertahankan rasa hormat kita kepada orang lain. Kelemahan dari teori ini
adalah terlalu bersifat individu, hak dan kewajiban bersifat individu. Dalam
penerapannya sering terjadi bentrok antara hak seseorang dengan orang lain.
4.
Etika Moralitas
Pada dasarnya, etika moralitas berwacana untuk menentukan kita sebaiknya
menjadi orang seperti apa. Dalam etika moralitas, suatu tindakan dianggap benar
jika tindakan itu mendukung perilaku karakter yang baik (bermoral) dan dianggap
salah jika tindakan itu mendukung perilaku karakter yang buruk (tidak
bermoral). Etika moral lebih bersifat pribadi, namum moral pribadi akan
berkaitan erat dengan moral bisnis. Jika perilaku seseorang dalam kehidupan
pribadinya bermoral, maka perilakunya dalam kehidupan bisnis juga akan
bermoral.
Dalam
memecahkan masalah, kita tidak perlu binggung untuk memilih konsep mana yang
sebaiknya digunakan, sebab kita dapat menggunakan semua teori itu untuk
menganalisis suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda dan melihat hasil
apa yang diberikan masing-masing teori itu kepada kita.
F. Prinsip
Otonomi, Kejujuran, dan Keadilan
Secara umum, prinsip-prinsip yang dipakai dalam bisnis tidak akan pernah lepas
dari kehidupan keseharian kita. Namun prinsip-prinsip yang berlaku dalam bisnis
sesungguhnya adalah implementasi dari prinsip etika pada umumnya.
1. Prinsip
Otonomi
Orang
bisnis yang otonom sadar sepenuhnya akan apa yang menjadikewajibannya dalam
dunia bisnis. la akan sadar dengan tidak begitu saja mengikuti saja norma
dan nilai moral yang ada, namun juga melakukan sesuatu karena
tahu dan sadar bahwa hal itu baik, karena
semuanya sudah
dipikirkan dan dipertimbangkan secara masak-masak. Dalam kaitan ini
salah satu contohnya perusahaan memiliki kewajiban terhadap para
pelanggan, diantaranya adalah:
Ø Memberikan produk dan jasa dengan
kualitas yang terbaik dan sesuai dengan tuntutan mereka;
Ø Memperlakukan pelanggan secara adil
dalam semua transaksi, termasukpelayanan yang tinggi dan memperbaiki
ketidakpuasan mereka;
Ø Membuat setiap usaha menjamin
mengenai kesehatan dan keselamatanpelanggan, demikian juga kualitas Iingkungan
mereka, akan dijagakelangsungannyadan ditingkatkan terhadap
produk dan jasa perusahaan;
Ø Perusahaan harus menghormati
martabat manusia dalam menawarkan,memasarkan dan mengiklankan produk.
2. Prinsip
Kejujuran
Bisnis
tidak akan bertahan lama jika tidak ada kejujuran, karena kejujuranmerupakan
modal utama untuk memperoleh kepercayaan dari mitra bisnis-nya, baik berupa
kepercayaan komersial, material, maupun moril. Kejujuran menuntut adanya
keterbukaan dan kebenaran. Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang
berkaitan dengan kejujuran:
Ø Kejujuran relevan dalam pemenuhan
syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Pelaku bisnis disini secara
prioritas saling percaya satu sama lain, bahwa masing-masing pihak
jujur melaksanakan janjinya. Karena jika salah satu pihak melanggar, maka
tidak mungkin lagi pihak yang dicuranginya mau bekerjasama lagi, dan pihak
pengusaha lainnya akan tahu dan tentunya malas berbisnis dengan pihak yang
bertindak curang tersebut.
Ø Kejujuran relevan dengan penawaran
barang dan jasa
dengan mutu dan harga yang baik. Kepercayaan konsumen adalah prinsip pokok
dalam berbisnis. Karena jika ada konsumen yang merasa tertipu, tentunya
hal tersebut akan rnenyebar yang menyebabkan konsumen tersebut beralih ke
produk lain.
Ø Kejujuran relevan dalam hubungan
kerja intern dalam suatu perusahaan
yaitu antara pemberi kerja dan pekerja,
dan berkait dengan kepercayaan. Perusahaan akan hancur jika kejujuran karyawan
ataupun atasannya tidak terjaga.
3. Prinsip
Keadilan
Prinsip
ini menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan
yang adil dan kriteria yang rasional objektif dan dapat dipertanggungjawabkan.
Keadilan berarti tidak ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya.
Salah satu teori mengenai keadilan yang dikemukakan oleh Aristoteles adalah:
Ø Keadilan legal. Ini menyangkut
hubungan antara individu atau kelompok masyarakat dengan negara.
Semua pihak dijamin untuk mendapat perlakuan yang sama sesuai
dengan hukum yang berlaku. Secara khusus dalam bidang bisnis, keadilan
legal menuntut agar Negara bersikap netral dalam memperlakukan
semua pelaku ekonomi, negara menjamin kegiatan bisnis yang sehat dan baik
dengan mengeluarkan aturan dan hukum bisnis yang berlaku secara sama
bagi semua pelaku bisnis.
Ø Keadilan komunitatif. Keadilan ini
mengatur hubungan yang adil antara orang yang satu dan yang lain. Keadilan
ini menyangkut hubungan vertikal antara negara dan warga negara, dan
hubungan horizontal antar warga negara. Dalam bisnis keadilan ini berlaku
sebagai kejadian tukar, yaitu menyangkut pertukaran yang fair antara
pihak-pihak yang terlibat.
Ø Keadilan distributif. Atau disebut
juga keadilan ekonomi, yaitu distribusi ekonomi yang merata atau dianggap
adil bagi semua warga negara. Dalam dunia bisnis keadilan
ini berkaitan dengan prinsip perlakuan yang sama sesuai
dengan aturan dan ketentuan dalam perusahaan yang juga
adil dan baik.
4. Prinsip
Hormat terhadap Diri Sendiri
Prinsip ini menekankan bahwa setiap manusia harus memperlakukan dirinya dengan
hormat, melakukan sesuatu yang bernilai pada dirinya. Kita wajib untuk
menghormati martabat kita sendiri. Pertama, kita tidak boleh membiarkan diri
kita dipaksa untuk melakukan sesuatu. Yang kedua, kita jangan membiarkan diri
kita terlantar.
Hubungan atara prinsip sikap baik, keadilan, dan hormat terhadap diri sendiri adalah
bahwa prinsip keadilan dan hormat terhadap diri sendiri merupakan syarat dari
prinsip kebaikan, dan prinsip sikap baik merupakan dasar dari prinsip keadilan,
bahwa seseorang berbuat baik maka ia menjunjung tinggi keadlian.
G. Hak dan
kewajiban Bisnis
Dalam
menjalankan etika bisnis, setiap karyawan maupun direksi harus mengetahui pasti
hak dan kewajiban mereka, hak dan kewajiban mereka tergantung oleh keahlian dan
tugasnya masing-masing,
pengertian
Hak adalah kekuasaan seseorang untuk melakukan sesuatu untuk melakukan sesuatu
yang telah itentukan oleh undang-undang. MIsalnya, hak mendapat pendidikan
dasar, hak mendapt rasa aman. Kewajiban merupakan hal yang harus dikerjakan
atau dilaksanankan. Jika tidak dilaksanankan dapat mendatangkan sanksi bagi
yang melanggarnya. Jadi pelaksanaan hak dan kewajiban haruslah seimbang.
H. Teori Etika
Lingkungan
1)
Teori Antroposentrisme
Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai
pusat dari sistem alam semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling
menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam
kaitan dengan alam, baik secara langsung atau tidak langung.
2)
Teori Ekosentrisme
Ekosentrisme
Berkaitan dengan etika lingkungan yang lebih luas. Berbeda dengan biosentrisme
yang hanya memusatkan pada etika pada biosentrisme, pada kehidupan seluruhnya,
ekosentrisme justru memusatkan etika pada seluruh komunitas ekologis, baik yang
hidup maupun tidak. Karena secara ekologis, makhluk hidup dan benda-benda
abiotis lainnya saling terkait satu sama lain. Oleh karenanya, kewajiban dan
tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada makhluk hidup. Kewajiban dan
tanggung jawab moral yang sama juga berlaku terhadap semua realitas ekologis.
3)
Teori Egosentris
Etika
yang mendasarkan diri pada berbagai kepentingan individu (self). Egosentris
didasarkan pada keharusan individu untuk memfokuskan diri dengan tindakan apa
yang dirasa baik untuk dirinya. Egosentris mengklaim bahwa yang baik bagi
individu adalah baik untuk masyarakat.Dengan demikian, etika egosentris
mendasarkan diri pada tindakan manusia sebagai pelaku rasional untuk
memperlakukan alam menurut insting “netral”.
4)
Teori Biosentrisme
Teori
Biosentrisme mengagungkan nilai kehidupan yang ada pada ciptaan, sehingga
komunitas moral tidak lagi dapat dibatasi hanya pada ruang lingkup manusia.
Mencakup alam sebagai ciptaan sebagai satu kesatuan komunitas hidup (biotic
community), Biosentrisme memiliki tiga varian, yakni, the life centered theory
(hidup sebagai pusat), yang dikemukakan oleh Albert Schweizer dan Paul Taylor,
land ethic (etika bumi), dikemukakan oleh Aldo Leopold, dan equal treatment
(perlakuan setara), dikemukakan oleh Peter Singer dan James Rachel.
5)
Etika Homosentris
Etika
homosentris mendasarkan diri pada kepentingan sebagian masyarakat. Etika ini
mendasarkan diri pada berbagai model kepentingan sosial dan pendekatan antara
pelaku lingkungan yang melindungi sebagian besar masyarakat manusia.
Etika homosentris sama dengan etika utilitarianisme, jadi, jika etika
egosentris mendasarkan penilaian baik dan buruk suatu tindakan itu pada tujuan
dan akibat tindakan itu bagi individu, maka etika utilitarianisme ini menilai
baik buruknya suatu tindakan itu berdasarkan pada tujuan dan akibat dari
tindakan itu bagi sebanyak mungkin orang.
6)
Etika Ekosentris
Etika ekosentris mendasarkan diri pada kosmos. Menurut etika ekosentris ini,
lingkungan secara keseluruhan dinilai pada dirinya sendiri. Etika ini menurut
aliran etis ekologi tingkat tinggi yakni deep ecology, adalah yang paling
mungkin sebagai alternatif untuk memecahkan dilema etis ekologis. Menurut
ekosentrisme, hal yang paling penting adalah tetap bertahannya semua yang hidup
dan yang tidak hidup sebagai komponen ekosistem yang sehat, seperti halnya
manusia, semua benda kosmis memiliki tanggung jawab moralnya sendiri.
7)
TEOSENTRISME
Teosentrisme merupakan teori etika lingkungan yang lebih memperhatikan
lingkungan secara keseluruhan, yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan.
Pada teosentrism, konsep etika dibatasi oleh agama (teosentrism) dalam mengatur
hubungan manusia dengan lingkungan.
8)
Etika Antroposentris
antroposentris
yang menekankan segi estetika dari alam dan etika antroposentris yang
mengutamakan kepentingan generasi penerus. Etika ekologi dangkal yang berkaitan
dengan kepentingan estetika didukung oleh dua tokohnya yaitu Eugene Hargrove
dan Mark Sagoff. Menurut mereka etika lingkungan harus dicari pada aneka
kepentingan manusia, secara khusus kepentingan estetika. Sedangkan etika
antroposentris yang mementingkan kesejahteraan generasi penerus mendasarkan
pada perlindungan atau konservasi alam yang ditujukan untuk generasi penerus
manusia.
Etika
yang antroposentris ini memahami bahwa alam merupakan sumber hidup manusia.
Etika ini menekankan hal-hal berikut ini :
Ø Manusia terpisah dari alam,
Ø Mengutamakan hak-hak manusia atas
alam tetapi tidak menekankan tanggung jawab manusia.
Ø Mengutamakan perasaan manusia
sebagai pusat keprihatinannya
Ø Kebijakan dan manajemen sunber daya
alam untuk kepentingan manusia
Ø Norma utama adalah untung rugi.
Ø Mengutamakan rencana jangka pendek.
Ø Pemecahan krisis ekologis melalui
pengaturan jumlah penduduk khususnya dinegara miskin
Ø Menerima secara positif pertumbuhan
ekonomi
I.
Prinsip Etika di Lingkungan Hidup
Sebagai
pegangan dan tuntunan bagi prilaku kita dalam berhadapan dengan alam , terdapat
beberapa prinsip etika lingkungan yaitu :
1.
Sikap Hormat terhadap Alam : Hormat terhadap alam merupakan suatu prinsip dasar
bagi manusia sebagai bagian dari alam
semesta seluruhnya
2.
Prinsip Tanggung Jawab : Tanggung jawab ini bukan saja bersifat individu
melainkan juga kolektif yang
menuntut manusia untuk mengambil prakarsa, usaha, kebijakan dan tindakan
bersama secara nyata untuk menjaga alam semesta dengan isinya.
3.
Prinsip Solidaritas : Yaitu prinsip yang membangkitkan rasa solider, perasaan
sepenanggungan dengan alam dan dengan makluk hidup lainnya sehigga mendorong
manusia untuk
menyelamatkan lingkungan.
4.
Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian : Prinsip satu arah , menuju yang lain
tanpa mengaharapkan
balasan, tidak didasarkan kepada kepentingan pribadi tapi semata-mata
untuk alam.
5.
Prinsip “No Harm” : Yaitu Tidak Merugikan atau merusak, karena manusia
mempunyai
kewajiban moral dan tanggung jawab terhadap alam, paling tidak manusia tidak
akan mau
merugikan alam secara tidak perlu
6.
Prinsip Hidup Sederhana dan Selaras dengan Alam : Ini berarti , pola konsumsi
dan produksi manusia modern harus dibatasi. Prinsip
ini muncul didasari karena selama ini alam
hanya sebagai obyek eksploitasi dan pemuas kepentingan hidup manusia.
7.
Prinsip Keadilan : Prinsip ini berbicara terhadap akses yang sama bagi semua
kelompok dan
anggota masyarakat dalam ikut menentukan kebijakan pengelolaan sumber daya alam
dan pelestarian alam, dan dalam ikut menikmati manfaat sumber daya alam
secara lestari.
8.
Prinsip Demokrasi : Prinsip ini didsari terhadap berbagai jenis perbeaan
keanekaragaman sehingga prinsip ini
terutama berkaitan dengan pengambilan kebijakan didalam menentukan
baik-buruknya,
tusak-tidaknya, suatu sumber daya alam.
9.
Prinsip Integritas Moral : Prinsip ini menuntut pejabat publik agar mempunyai
sikap dan
prilaku moral yang
terhormat serta memegang teguh untuk mengamankan kepentingan
publik yang terkait dengan sumber daya alam.
BAB III
KESIMPULAN
Etika
Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan
serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat, Perusahaan
meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis
dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati
kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku, Etika
Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk
manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan
sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang
profesional.
Beberapa
poin yang bisa kita jadikan pelajaran:
·
Dalam
berbisnis kita juga harus mempunyai etika. Jika etika kita kurang baik maka
orang lain akan menilai anda secara negative.
·
Jika dalam
hal sehari – hari kita sudah terbiasa menerapkan etika yang baik maka akan
terbiasa atau terbawa hingga kita bekerja.
·
Etika
bisnis merupakan etika profesi yang mempunyai banyak kaitan dengan kegiatan
bisnis.
SUMBER REFRENSI:
Kuswahyudi,
2008, Etika Kita Untuk Lingkungan Hidup, Surabaya
Dr.
H. Untung Budi, S.H., M.M tahun 2012 “ HUKUM DAN ETIKA BISNIS”, CV Andi Offset,
Yogyakarta
Ernawan,
Erni. 2011. Business Ethics. Penerbit: Alfabeta. Bandung
Komentar
Posting Komentar